Beberapa waktu yang lalu, saya shalat di sebuah mesjid di salah satu daerah pedalaman Sul-Sel. Seorang imam memimpin shalat dengan bacaan yang berantakan. Setelah shalat, saya sempat berbincang-bincang dengan salah satu orang tua yang tinggal di sekitar mesjid. Beliau menceritakan keadaan masyarakat di daerah itu.
Tidak ada ulama ataupun ustadz yang berdakwah di situ. Tidak ada juga buku-buku yang bisa mereka baca. Kalaupun ada, mereka hanya paham beberapa kata yang biasa didengar di Tv. Mereka tidak fasih berbahasa Indonesia.
Dari situ, saya termotivasi untuk menulis buku yang menggunakan bahasa mereka. Ya, sebuah buku, walaupun mungkin cuma beberapa orang dari mereka yang membacanya. Walau hanya satu orang, kalau itu bermanfaat bagi mereka, bukanlah masalah buatku.
Satu hal yang menarik di desa itu, mereka suka mengaji walau cara mereka malafalkan huruf-huruf Hijaiyyah mungkin terdengar aneh di telinga orang-orang Arab.
Ketika kembali ke Makassar, saya mulai menulis buku yang bercerita tentang tajwid, tentang seni membaca Al-Qur'an, tentang Qira'at yang diwariskan oleh sang Imam Penjaga Ayat Suci, Imam Hafsh rahimahullah.
Dan... jadilah buku ini. Buku yang anda lihat gambarnya di bagian atas halaman ini. Awalnya saya hanya menulis buku ini untuk mereka. Saya jilid lalu bawa ke salah satu mesjid di desa itu. Awalnya saya tidak pernah tertarik untuk meng-uploadnya di internet walau bukunya sudah selesai sejak bulan Juni. Tidak ada orang di internet yang mencari buku berbahasa Bugis, begitulah pikirku waktu itu.
Namun, saya berpikir kembali, bagaimana kalau ada? Walau cuma satu, yang penting ada. Dan, hari ini, saya mempostingnya.
Ini dia link-nya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar