Jumat, 02 Desember 2016

Buku Panduan Belajar Tajwid dan Qira'at Riwayat Hafsh (Bahasa Bugis dan Aksara Lontara)

Sampul Buku Sarabaca

Beberapa waktu yang lalu, saya shalat di sebuah mesjid di salah satu daerah pedalaman Sul-Sel. Seorang imam memimpin shalat dengan bacaan yang berantakan. Setelah shalat, saya sempat berbincang-bincang dengan salah satu orang tua yang tinggal di sekitar mesjid. Beliau menceritakan keadaan masyarakat di daerah itu.

Tidak ada ulama ataupun ustadz yang berdakwah di situ. Tidak ada juga buku-buku yang bisa mereka baca. Kalaupun ada, mereka hanya paham beberapa kata yang biasa didengar di Tv. Mereka tidak fasih berbahasa Indonesia.

Dari situ, saya termotivasi untuk menulis buku yang menggunakan bahasa mereka. Ya, sebuah buku, walaupun mungkin cuma beberapa orang dari mereka yang membacanya. Walau hanya satu orang, kalau itu bermanfaat bagi mereka, bukanlah masalah buatku.

Satu hal yang menarik di desa itu, mereka suka mengaji walau cara mereka malafalkan huruf-huruf Hijaiyyah mungkin terdengar aneh di telinga orang-orang Arab.

Ketika kembali ke Makassar, saya mulai menulis buku yang bercerita tentang tajwid, tentang seni membaca Al-Qur'an, tentang Qira'at yang diwariskan oleh sang Imam Penjaga Ayat Suci, Imam Hafsh rahimahullah.

Dan... jadilah buku ini. Buku yang anda lihat gambarnya di bagian atas halaman ini. Awalnya saya hanya menulis buku ini untuk mereka. Saya jilid lalu bawa ke salah satu mesjid di desa itu. Awalnya saya tidak pernah tertarik untuk meng-uploadnya di internet walau bukunya sudah selesai sejak bulan Juni. Tidak ada orang di internet yang mencari buku berbahasa Bugis, begitulah pikirku waktu itu.

Namun, saya berpikir kembali, bagaimana kalau ada? Walau cuma satu, yang penting ada. Dan, hari ini, saya mempostingnya.

Ini dia link-nya:

Minggu, 27 November 2016

Panjangnya Bacaan Imam dan Kemalasan Shalat di Mesjid

Seperti biasa, shalat berjama'ah di mesjid terasa membosankan. Imam membaca ayat-ayat suci hingga lupa rukuk, mengalahkan panjangnya bacaan imam Masjid Al-Haram.

Dengan susah payah, saya berusaha menjernihkan pikiran. Mengingat Tuhan yang belum pernah saya lihat. Menghayati keindahan firman-Nya walau sesekali terganggu dengan bacaan imam yang keliru.

Terkadang saya bertanya dalam hati (setelah shalat tentunya), mengapa imam menyibukkan diri membaca bacaan yang belum lancar baginya? Seakan-akan, shalat berjama'ah menjadi ajang muroja'ah hapalan Qur'an.

Seorang sahabat saya pernah berkata, "Akhir-Akhir ini saya malas ke mesjid, bacaan imam panjang sekali?"

Entah dia sedang bergurau atau tidak, panjangnya bacaan imam sering dijadikan sebagai alasan untuk menghindar dari mesjid. Kalau jama'ah lebih lebih rajin ke mesjid jika bacaan imam tidak kepanjangan maka mengapa harus diperpanjang? Bukankah Nabi shallallahu `alaihi wa sallam​ menganjurkan supaya imam tidak memperpanjang bacaan yang dapat memberatkan ma'mum?

Hadits Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang di antara kalian shalat sebagai imam bagi manusia, hendaklah ia memperingan. Sebab, di antara mereka itu ada orang yang lemah, ada orang yang sakit, dan ada juga orang yang sudah tua, dan jika salah seorang kalian (shalat) sendirian,silahkan ia memperlama sesukanya." [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Adzan (X), Bab Jika Seseorang Shalat Sendirian, Silahkan Ia Memperlama Sesukanya (62)].

Hadits Anas bin Malik, ia berkata, "Aku sama sekali tidak pernah shalat di belakang seorang imam yang begitu ringan dan begitu sempurna melebihi Rasulullah shallahu alaihi wa sallam dan setiap mendengar tangis anak kecil, Nabi shallahu alaihi wa sallam menyegerakan shalat karena khawatir ibunya terganggu." [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Kitab Adzan (X), Bab Menyegerakan Shalat Ketika Mendengar Tangis Anak Kecil (65)].

Hadits Abu Mas'ud Al-Anshari, ia berkata, "Seseorang telah datang kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku terlambat dari shalat subuh karena si fulan yang membaca surah yang terlalu panjang'". Kata Abu Mas'ud, "Aku belum pernah melihat Nabi shallahu alaihi wa sallam begitu murka dan memberi nasihat seperti pada waktu itu. Beliau bersabda, 'Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang yang suka membuat orang lain lari. Siapa pun di antara kalian yang menjadi imam jama'ah sebaiknya ia mempersingkat, karena di tengah-tengah mereka itu ada orang yang sudah tua, ada orang yang lemah, dan ada orang yang punya keperluan mendesak.'" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Kitab Pemerintahan (VIIC), Bab Apakah Seorang Hakim Boleh Memutuskan Atau Memberikan Fatwa Dalam Keadaan Sedang Marah? (13)]

Memang banyak juga hadits yang menjelaskan mengenai panjangnnya bacaan Nabi ketika shalat tapi kebanyakan menunjuk kepada shalat malam. Ada juga yang menjelaskan tentang panjangnya bacaan Nabi dalam shalat wajib tapi setahu saya, bacaan Nabi yang paling panjang dalam shalat wajib adalah ketika Beliau shalat dzhuhur (shalat sirriyyah), hal ini saya baca dalam buku Shifat Shalat Nabi yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Tapi di sebagian mesjid keadaanya terbalik, bacaan sangat panjang dalam shalat-shalat jahriyyah (Subuh, Magrib dan Isya) dan sangat singkat dalam shalat-shalat sirriyyah (Dzhuhur dan Ashar) sehingga ada rumor yang beredar di kalangan masyarakat bahwa shalat dijadikan sebagai ajang pamer bacaan atau ajang muraja'ah hafalan Al-Qur'an. Semoga tidak seperti itu.

Hal selanjutnya yang sering membuat saya jengkel---terutama saat flu---adalah mengenai masalah rukuk dan sujud dalam shalat. Kita ketahui bahwa Nabi melarang kita sujud dan rukuk seperti burung yang mematuk makanan. Nabi memerintahkan kita untuk tuma'ninah dalam setiap gerakan shalat. Ada hadits yang menceritakan bahwa Nabi pernah rukuk dan sujud dengan waktu yang sangat lama tapi tidak ada hadits yang sampai kepada kita bahwa Nabi selalu melakukan hal itu. Tidak diketahui berapa waktu minimal dalam rukuk dan sujud.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Menampilkan Grafik Superposisi Gelombang Menggunakan Matlab

Superposisi merupakan salah satu sifat gelombang. Superposisi adalah penjumlahan simpangan dua buah gelombang atau lebih yang merambat dalam satu medium pada saat yang sama.

Ketika dua buah gelombang atau lebih mengalami superposisi maka akan terbentuk gelombang yang baru dimana simpangannya dapat saling melemahkan atau saling menguatkan. Hal ini bergantung pada beda fasa gelombang-gelombang yang mengalami superposisi.

Jika dua buah gelombang memiliki fase yang sama (sefase) maka kedua gelombang ini saling menguatkan. Jika dua buah gelombang berlawanan fase maka kedua gelombang tersebut saling melemahkan.

Sebuah gelombang dapat dinyatakan dalam persamaan:

\begin{align*}
y=A \sin (2 \pi v t + \theta)
\end{align*}

dimana $A$ adalah amplitudo, $v$ adalah frekuensi gelombang, $t$ adalah waktu dan $\theta$ adalah sudut fase gelombang.

Misalnya terdapat dua buah gelombang yang bersuperposisi, $y_1$ dan $y_2$. Masing-masing gelombang memiliki amplitudo $1$. Gelombang pertama memiliki frekuensi sebesar $8$ Hz. Gelombang kedua memiliki frekuensi sebesar $4$ Hz. Sudut fase kedua gelombang bernilai nol. Gelombang menjalar selama 1 detik.

Skrip untuk menampilkan grafik hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah sebagai berikut:

% Asri
% Unhas, Makassar
% Minggu, 15 Oktober 2016
% Superposisi 2 buah gelombang
clear;
close;
clc;
t = 0:0.001:1; 
A1 = 1; % Amplitudo gelombang 1
v1 = 8; % Frekuensi gelombang 1
theta1 = 0; % Sudut fase gelombang 1
y1 = A1 * sin(2*pi*v1*t + theta1); % Persamaan gelombang 1
A2 = 1; % Amplitudo gelombang 2
v2 = 4; % Frekuensi gelombang 2
theta2 = 0; % Sudut fase gelombang 2
y2 = A2 * sin(2*pi*v2*t + theta2); % Persamaan gelombang 2
y3 = y1 + y2; % Superposisi gelombang
figure
subplot(3,1,1)
plot(t, y1) % Grafik persamaan gelombang 1
xlabel ('Waktu (detik)'); 
ylabel ('Amplitudo'); 
title ('\fontsize{14pt} Gelombang berfrekuensi 8 Hz'); 
subplot (3,1,2)
plot(t, y2) % Grafik persamaan gelombang 2
xlabel ('Waktu (detik)');
ylabel ('Amplitudo') 
title ('\fontsize{14pt} Gelombang berfrekuensi 4 Hz');
subplot (3,1,3)
plot (t, y3) % Grafik superposisi gelombang
xlabel ('Waktu (detik)') 
ylabel ('Amplitudo'); 
title ('\fontsize{14pt} Superposisi gelombang 8 Hz dan 4 Hz');

Adapun hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (klik gambar untuk memperbesar):


Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!

Selasa, 04 Oktober 2016

Buku Panduan Shalat (Menggunakan Bahasa Bugis)

Sampul buku Patettongenna Sumpajang Waji'e

Disebabkan oleh adanya permintaan dari keluarga di Bone supaya saya menulis buku tata cara shalat dalam bahasa Bugis maka hadirlah buku ini. Banyak orang di Bone yang tidak terbiasa dengan struktur bahasa baku yang digunakan dalam buku panduan shalat yang berbahasa Indonesia. Ditambah lagi dengan istilah-istilah fiqih yang digunakan dalam buku-buku tersebut. Hal seperti ini biasa terjadi pada orang-orang yang hanya menempuh pendidikan dasar di sekolah.

Buku ini terdiri atas tiga bab. Bab pertama membahas tata cara bersuci. Bab kedua membahas tata cara melaksanakan shalat. Bab terakhir membahas amalan setelah shalat. Pada bab pertama, saya tambahkan pembahasan mengenai wajibnya membasuh kemaluan setelah buang air kecil. Saat ini, banyak muslim yang menganggap bahwa membasuh kemaluan setelah buang air kecil hanya berlaku bagi muslimah saja. Masalah ini saya bahas secara ringkas.

Dalam penulisan, saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengambil referensi dari hadits-hadits shahih. Jika terdapat masalah yang tidak dijelaskan secara tegas di dalam Al-Qur'an dan Sunnah maka saya mengutip pendapat para ulama yang dikenal ahli di bidangnya.

Supaya pembahasan tidak "kering" maka saya tambahkan penjelasan mengenai makna doa-doa yang diucapkan di dalam shalat. Hal ini untuk menambah penghayatan kita dalam melaksanakan ibadah shalat, khususnya shalat wajib.

Jika teman-teman memiliki keluarga atau kenalan (khusus orang Bugis tentunya) yang terkendala dengan bahasa Indonesia dalam mempelajari buku-buku panduan shalat maka silakan download bukunya dan bagikan kepadanya. Semoga hal ini dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua.

Buku ini telah selesai sejak bulan Juli 2016 dan telah dicetak di Bone, Sulawesi Selatan. Hanya saja baru sempat membagikannya di blog. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan buku ini ke depannya. Terima kasih!

Silakan unduh bukunya dengan mengunjungi tautan di bawah ini:

Senin, 03 Oktober 2016

Invariansi Skalar Terhadap Rotasi Sistem Koordinat

Skalar merupakan suatu besaran fisika yang hanya memiliki nilai tanpa orientasi (arah). Contohnya adalah panjang, luas, potensial gravitasi, temperatur dan lain-lain. Skalar memiliki nilai yang tidak berubah pada satu titik dalam ruang-waktu walaupun terjadi perubahan pelabelan koordinat. Pelabelan koordinat bergantung pada sistem koordinat yang digunakan. Untuk memahami masalah ini, marilah kita menyimak cerita di bawah ini.

Baco sedang menghitung potensial gravitasi $\phi$. Baco menggunakan sistem koordinat Kartesian dua dimensi dengan matahari sebagai pusat koordinat. Baco mengambil satu titik di dalam ruang waktu dan diberi label ($x$, $y$). Bagi Baco, potensial gravitasi $\phi$ di posisi ($x$, $y$) diberikan oleh potensial gravitasi Newton, yaitu

\begin{align}
\phi (x,y) = - \frac{GM}{r} = -\frac{GM}{\sqrt{x^2 + y^2}} . \label{[phi}
\end{align}

Seseorang yang lain, sebut saja Becce, juga menghitung potensial gravitasi $\phi$ pada satu titik dalam ruang-waktu sebagaimana yang dihitung oleh Baco. Becce juga menggunakan sistem koordinat Kartesian dua dimensi dengan matahari sebagai pusat koordinat. Namun, sistem koordinat yang digunakan oleh Becce merupakan rotasi sistem koordinat yang digunakan oleh Baco sebesar $\theta$ dengan arah rotasi yang berlawanan arah jarum jam.

Becce mengambil titik yang sama dengan Baco dalam ruang-waktu dan memberi label titik tersebut dengan ($x'$, $y'$). Bagi Becce, potensial gravitasi $\phi '$ di posisi ($x'$, $y'$) adalah

\begin{align}
\phi ' (x',y') = - \frac{GM}{r'} = -\frac{GM}{\sqrt{x'^2 + y'^2}} . \label{phiaksen}
\end{align}

Karena koordinat dua dimensi yang digunakan oleh Becce mengalami rotasi sebesar $\theta$ dengan arah yang berlawanan arah jarum jam terhadap sistem koordinat yang digunakan oleh Baco maka hubungan antara ($x'$, $y'$) dan ($x$, $y$) diberikan oleh

\begin{align}
x' &= x \cos \theta + y \sin \theta \label{xaksen} \\
y' &= - x \sin \theta + y \cos \theta . \label{yaksen}
\end{align}

Jika (\ref{xaksen}) dan (\ref{yaksen}) dimasukkan ke dalam (\ref{phiaksen}), maka

\begin{align}
\phi ' (x',y') &= - \frac{GM}{\sqrt{(x \cos \theta + y \sin \theta)^2 + (- x \sin \theta + y \cos \theta)^2}} \nonumber \\
&= - \frac{GM}{\text{sqrt}\{(x^2 \cos^2 \theta + 2xy \sin \theta \cos \theta + y^2 \sin^2 \theta ) + } \nonumber \\
& \quad \frac{ }{( x^2 \sin^2 \theta - 2xy \sin \theta \cos \theta + y^2 \cos^2 \theta)\}} \nonumber \\
&= -\frac{GM}{\sqrt{x^2 \cos^2 \theta + x^2 \sin^2 \theta + y^2 \sin^2 \theta + y^2 \cos^2 \theta}} \nonumber \\
&= -\frac{GM}{\sqrt{x^2 ( cos^2 \theta + \sin^2 \theta ) + y^2 (sin^2 \theta + \cos^2 \theta )}} . \label{xx}
\end{align}

Mengingat ($\cos^2 \theta + \sin^2 \theta$) $=$ ($\sin^2 \theta + \cos^2 \theta$) $=1$ maka (\ref{xx}) berubah menjadi

\begin{align}
\phi ' (x',y') = - \frac{GM}{\sqrt{x^2 + y^2}}. \label{hasil}
\end{align}

Terlihat bahwa

\begin{align}
\phi ' (x',y') = - \frac{GM}{\sqrt{x^2 + y^2}} = \phi (x,y).
\end{align}

Jadi, potensial gravitasi sebagai sebuah skalar tidak berubah (invarian) terhadap rotasi sistem koordinat.

Referensi


Purwanto, Agus, 2009, Pengantar Kosmologi, ITS Press, Surabaya

Surungan, Tasrief, 2012, Fisika Matematika (Volume I), Jurusan Fisika FMIPA Unhas, Makassar

Silakan mengunduh versi PDF dengan mengunjungi tautan di bawah ini:
Semoga bermanfaat!

Jumat, 30 September 2016

Menampilkan Teks Apa Adanya dengan Mode Verbatim di Latex


Salah satu masalah yang pernah saya alami saat masih berstatus pemula Latex adalah sulitnya menampilkan teks apa adanya dalam dokumen.  Saat itu, saya menulis artikel mengenai perintah-perintah dasar Latex dengan menggunakan Latex. Saya kesulitan menampilkan perintah Latex di dokumen. Penyebab masalah ini adalah script yang mengandung perintah-perintah Latex selalu diproses oleh Latex ketika di compile. Mari kita perhatikan sejenak script Latex di bawah ini:

\begin{center} 
\textbf{Teks ini seharusnya tebal} \\ 
\textcolor{red}{Teks ini seharusnya berwarna merah} 
\end{center}

Jika script di atas di-compile ke bentuk PDF (Portable Document Format) maka hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Setelah mencari ke sana kemari, seorang teman menjelaskan bahwa Latex menyediakan mode verbatim untuk mengatasi masalah saya. Teks yang akan ditampilkan apa adanya harus dimulai dengan \begin{verbatim} dan diakhiri dengan \end{verbatim}.

Semua teks yang berada di antara kedua tanda tersebut akan ditampilkan apa adanya walaupun memuat perintah-perintah Latex.

Ok, kita langsung saja praktek. Perhatikan script di bawah ini:

\begin{verbatim} 
\begin{center} 
\textbf{Teks ini seharusnya tebal} \\ 
\textcolor{red}{Teks ini seharusnya berwarna merah} 
Teks ini berada dalam mode verbatim 


\end{center} 
\end{verbatim}

Jika script di atas di-compile ke bentuk PDF maka hasilnya akan seperti berikut ini:


Demikian postingan kali ini. Jika ada yang kurang jelas, silakan bertanya di kolom komentar. Semoga postingan ini bermanfaat bagi anda!

Memasukkan Gambar ke dalam Dokumen Menggunakan Latex



Latex memungkinkan kita memasukkan gambar ke dalam dokumen. Jika kita ingin memasukkan gambar ke dalam dokumen maka perlu dideklarasikan penggunaan paket graphicx pada bagian preambule dengan perintah sebagai berikut:

\usepackage{graphicx}

Tempatkan gambar yang ingin dimasukkan pada direktori/folder yang sama dengan dokumen Latex. Misalkan kita ingin memasukkan gambar dengan nama logo-unhas.jpg maka script-nya adalah sebagai berikut:

\begin{figure}[h] 
\begin{center} 
\includegraphics[scale=0.5]{logo-unhas.jpg} 
\caption{Logo Universitas Hasanuddin} 
\label{unhas} 
\end{center} 
\end{figure}

Jika script di atas di-compile ke dalam bentuk PDF (Portable Document Format) maka hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



Penjelasan


Huruf dalam kurung siku pada \begin{figure}[h] berfungsi sebagai pengatur posisi gambar dalam suatu halaman. Huruf-huruf yang dapat dimasukkan ke dalam kurung siku adalah sebagai berikut:
h (here) Gambar diletakkan tepat di tempat perintah tersebut diletakkan. Jika keadaan tidak menungkinkan (ruang tidak cukup) maka gambar akan diletakkan pada halaman selanjutnya.
t (top) Gambar diletakkan di bagian atas halaman.
b (botton) Gambar diletakkan di bagian bawah halaman.
p (page) Gambar diletakkan pada halaman tersendiri.
Perintah \begin{center} dan \end{center} dimaksudkan untuk menentukan posisi gambar terhadap tepi dokumen, dalam hal ini gambar rata tengah (center). Nilai center dapat anda ganti dengan flushleft (rata kiri) atau flushright (rata kanan) sesuai kebutuhan. Perintah yang terdapat dalam kurung siku pada \includegraphics[scale=0.5]{logo-unhas.jpg} berfungsi untuk menentukan skala gambar terhadap ukuran aslinya. Jika anda ingin agar gambar yang ditampilkan di dalam dokumen memiliki ukuran yang sama dengan aslinya maka ganti 0.5 dengan 1. Anda juga bisa mengganti perintah scale dengan width dan height untuk menentukan lebar dan tinggi gambar. Misalnya anda ingin memasukkan gambar dengan ukuran lebar = 3 cm dan tinggi = 4 cm maka scriptnya adalah sebagai berikut:

\includegraphics[width=3cm, height=4cm]{logo-unhas.jpg}

Namun, perlu diingat bahwa menggunakan perintah width dan height secara bersamaan dapat mengakibatkan gambar terlihat tidak proporsional. Gunakan saja salah satunya supaya gambar yang ditampilkan tetap proporsional. Misalnya anda hanya menggunakan perintah width dengan nilai 3cm maka Latex akan menyesuaikan tingginya agar tetap proporsional dengan lebar gambar.

Perintah \caption{Logo Universitas Hasanuddin} digunakan untuk memberi keterangan pada gambar. Latex memberi nomor gambar pada bagian keterangan secara otomatis (misalnya : Figure 1 ... ).

Nomor suatu gambar dapat berubah secara otomatis jika gambar baru dimasukkan dengan posisi sebelum gambar tersebut. Hal ini akan menyusahkan dalam pembuatan rujukan ke gambar dalam dokumen. Untuk mengatasi masalah ini maka keyword dalam label sangat dibutuhkan saat membuat rujukan ke gambar yang bersangkutan. Untuk membuat rujukan ke gambar maka gunakanlah perintah \ref. Contoh:

Logo Universitas Hasanuddin dapat dilihat pada gambar \ref {unhas}.

Jika nomor gambar logo Unhas di dalam dokumen adalah 1 maka output dari script di atas adalah sebagai berikut:
Logo Universitas Hasanuddin dapat dilihat pada gambar 1.
Demikian postingan kali ini. Jika ada yang kurang jelas, mohon ditanyakan di kolom komentar! Semoga bermanfaat.

Senin, 26 September 2016

Bahasa Bugis : Dulu dan Sekarang

Bulan lalu saya KKN di Desa Ajubissue, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Salah satu hal yang saya sukai dari desa ini adalah banyaknya koleksi buku di perpustakaan desa. Bahkan saya menemukan sebuah buku yang berjudul "Sejarah Kerajaan Tanah Bone" yang ditulis oleh Andi Palloge. Buku yang tidak pernah saya temui di perpustakaan desaku di Bone, tanah kelahiranku. Saya segera meminjam buku ini dan membawanya ke posko. Sampul bukunya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.



Ada yang aneh ketika saya membaca kutipan-kutipan dari lontara yang terdapat di dalam buku ini. Ada beberapa kata yang tidak saya pahami dan tidak pernah saya dengar diucapkan oleh masyarakat Bugis di kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Padahal Lontara tersebut bercerita tentang sejarah Bone, ditulis oleh orang Bone dan saya sendiri sebagai pembaca adalah orang Bone yang lahir dan besar di Bone. Ini dia salah satu kutipan yang saya baca:
"Iyana kilaowang lao riko La Marupe', amaseang nakeng, aja'na muallajang. Mutudang ri tanamu na ikona puatakkeng. Elomu elo rikkeng. Na passuromuna kiyolai, kipogau', angikko kiraokkaju, tiakkommiring riakkeng mutappalireng. Ellauko kiabbere, olliko kisawe, attampako kilao. Namua ana'meng bainemmeng na pattarokkeng muteaiwi kiteai towisia. Narekko monromuno mai rini, naikona kipopuang."
Kutipan di atas merupakan pernyataan masyarakat Bone di masa lalu ketika meminta Baginda Mata Silompoe Manurungnge ri Matajang (Raja Bone Pertama) supaya berkenang manjadi Mangkau (Raja) di Bone. Saya harus membaca terjemahan yang ada di buku baru saya mengerti makna kutipan di atas. Adapun terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Adapun kedatangan kami kepadamu, wahai La Marupe (Istilah untuk sesuatu yang ditakuti), adalah mendapat limpahan belas kasihan, jangalah engkau menghilang. Duduklah di tanah (kekuasaan)mu dan engkaulah tuan kami. Kehendakmu adalah kehendak kami. Perintahmu akan kami patuhi, kami laksanakan. Engkau adalah angin sedangkan kami hanya dedaunan. Engkau bertiup ke arah kami dan mengarahkan kami. Mintalah maka kami akan memberi, panggillah maka kami akan menyahut, undanglah kami maka kami akan datang. Walaupun yang engkau tidak sukai adalah istri-istri, anak-anak dan kesukaan kami maka kami pun tidak akan menyukainya. Jika engkau bersedia menetap di sini maka engkaulah yang kami pertuan."
Dalam masyarakat Bone saat ini sudah tidak dikenal kata ganti orang pertama jamak (kami) dengan struktur seperti yang terdapat dalam kutipan di atas. Namun, kutipan di atas berisi kata ganti orang pertama jamak dengan struktur yang aneh seperti:
  1. Bainemmeng (istri-istri kami)
  2. Puattakkeng (Tuan kami)
Dalam bahasa Bugis yang digunakan di Bone saat ini, kedua contoh di atas akan berubah menjadi:
  1. Pada baineku'
  2. Pada Puakku'
Kesimpulan saya dari kasus ini adalah:
  1. Tata bahasa Bugis yang digunakan  masyarakat Bone di zaman dahulu tidak sama dengan tata bahasa Bugis yang digunakan oleh masyarakat Bone di zaman sekarang.
  2. Banyak kata-kata dalam lontara yang sudah tidak digunakan saat ini. Contoh: kisawe (kami menyahut).
Kedua hal di atas akan menyebabkan orang-orang Bugis saat ini kewalahan dalam memahami isi lontara yang diwariskan oleh leluhur mereka walaupun mereka sangat lancar membaca huruf-huruf lontara. Bahkan ada orang yang beranggapan bahwa Lontara I La Galigo tidak menggunakan bahasa Bugis lantaran dia sebagai orang Bugis tidak memahami maknanya ketika membacanya.

Sekarang ini bahasa Bugis sudah banyak dipengaruhi oleh bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan di Negara Indonesia yang tercinta. Hal ini merupakan suatu hal yang alamiah dan telah terjadi pada banyak bahasa di dunia. Sekarang masyarakat Bugis di daerah Bone, ketika mengucapkan kata "menonton” dalam bahasa Bugis, mereka menggunakan kata manontong. Kata tersebut merupakan kata serapan dari Bahasa Indonesia yaitu "menonton”. Sebenarnya hal ini dapat dimaklumi jika dalam Bahasa Bugis tidak terdapat terjemahan dari kata menonton, tapi ternyata ada, hanya kita yang malas menggunakannya. Orang-orang dulu menggunakan kata makkita-ita untuk kata menonton, tapi sekarang kata tersebut tidak pernah terdengar terucapkan oleh orang-orang yang sedang berkomunikasi dalam Bahasa Bugis di daerah kelahiran saya, Kota Beradat Watampone.

Jika tidak ada daya upaya dalam melestarikan bahasa Bugis maka suatu saat semua kata dalam bahasa Bugis akan tergantikan oleh kata-kata serapan dari bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk melestarikan bahasa Bugis adalah dengan membuat kamus Bahasa Bugis sehingnga kata yang sudah jarang digunakan dalam berkomunikasi dapat terselamatkan. Akan tetapi cara ini tidak sepenuhnya memberikan solusi terhadap semua masalah yang dihadapi.

Salah satu masalah yang di hadapi oleh bahasa Bugis sebagai bahasa daerah yang paling banyak penuturnya di Sulawesi Selatan adalah kurangnya minat generasi mudah untuk mendalami dan melestarikan bahasa Bugis. Bagi sebagian besar generasi mudah, bahasa Bugis hanya dipandang sebagai bahasa ibu. Mereka lupa bahwa bahasa Bugis adalah pusaka, kehormatan, identitas, filosofi, dan seni bagi masyarakat Bugis. Mereka lupa bahwa Sure I La Galigo sebagai puisi epik terpanjang di dunia tertulis dalam aksara Lontara dan bahasa Bugis.

Jika anda berminat mempelajari bahasa Bugis dengan cara mendengarkan langsung pengucapannya dari penutur aslinya disertai artinya, silakan kunjungi channel Gantolle Cella di Youtube, atau anda bisa langsung menonton beberapa videonya berikut ini.

⇛ 40 Pertanyaan yang Umum Digunakan dalam Bahasa Bahasa Bugis:


⇛ 25 Nama Binatang dan Artinya:


Demikian, semoga bermanfaat!

Tidak dapat menjalankan perintah sudo di Terminal Fedora


Postingan kali ini membahas mengenai masalah yang biasa didapati oleh teman-teman saya yang baru menggunakan Linux. Seorang teman pernah mengadukan masalahnya saat tidak dapat menjalankan perintah sudo di terminal Fedora. Hal ini dikarenakan tipe akun tidak disetting sebagai administrator saat proses instalasi.

Ok, kita langsung saja ke TKP. Ada dua cara untuk mengatasi masalah ini, yaitu:

  1. Mengedit file sudoers dalam direktori etc
  2. Mengaktifkan mode administrator melalui System Settings

File sudoers dapat diedit dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Buka Terminal
  • Masuk ke mode superuser dengan perintah su
  • Buka file sudoers dengan menjalankan perintah berikut:
gedit /etc/sudoers
  • Di dalam file sudoers, anda akan melihat kode seperti di bawah:
ROOT All=(ALL) ALL
  • Jika sudah ketemu, tambahkan baris dibawah ini tepat di bawah kode di atas dengan mengganti namauser dengan username anda:
namauser ALL=(ALL) ALL
  • Simpan perubahan lalu restart komputer.

Jika anda belum terbiasa berhadapan dengan baris-baris kode seperti di atas maka gunakan cara kedua, yaitu:

  • Masuk ke System Settings
  • Pada bagian Sistems, klik User Accounts
  • Ubah Account Type menjadi Administrator
  • Keluar kemudian restart komputer

Semoga bermanfaat!

Jumat, 06 Mei 2016

Manusia Adalah Filsuf Secara Alami



Sebagaimana yang telah dipahami bahwa aktivitas seorang ahli filsafat atau filsuf adalah berpikir. Berpikir tentang apa saja dan dimana saja. Fisikawan teoretis dan matematikawan membutuhkan pensil dan kertas, namun kebutuhan mendasar bagi filsuf adalah segala sesuatu yang mendukung untuk berpikir, entah itu bantal atau sofa yang empuk.

Ketika seorang filsuf sedang berpikir maka yang ada di dalam kepalanya adalah pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Ketika ia memperoleh jawabannya maka jawaban tersebut akan dikritik, disanggah dan dipertanyakan kembali. Dalam hal ini, terjadi proses bertanya dan menjawab terus-menerus sampai didapat jawaban yang menyakinkan, jawaban yang fundamental.

Dari sini dapat dipahami bahwa jika seseorang mempertanyakan sesuatu secara terus-menerus sampai ke akar-akarnya maka sesungguhnya ia adalah filsuf. Jadi filsuf bukanlah seseorang yang menghapal banyak pendapat-pendapat, melainkan mereka yang mudah meragukan dan mempertanyakan sesuatu walaupun sesuatu itu terlarang untuk dipertanyakan bagi sebagian besar orang.

Ketika seseorang mempertanyakan apa saya maka sesungguhnya ia sedang berfilsafat. Misal, ketika seseorang ditolak oleh seorang wanita yang dicintainya maka mungkin ia akan bertanya dalam hati, "kenapa ia menolakku?", "apa yang kurang dariku?", "apakah karena aku jelek?", "apa itu jelek?", "apa karena alasan itu atau ada alasan lain?", "apa ada laki-laki lain yang dia cintai?". Semua pertanyaan-pertanyaan itu menandakan bahwa orang tersebut sedang berfilsafat.

Pada hakikatnya, semua manusia adalah filsuf secara alami. Hal ini bisa dilihat pada anak kecil. Anak kecil cenderung mempertanyakan apa saja yang bisa membuat orang tuanya kewalahan. Bagi anak kecil, segala sesuatu dalam hidup ini adalah masalah, sebuah teka-teki, sesuatu yang perlu dipertanyakan, sesuatu yang perlu dipahami. Anak kecil akan mempertanyakan, "apa ini?", "apa itu?", "kenapa begitu?". Bahkan ketika dilarang untuk bertanya, ia akan mengatakan, "kenapa tidak boleh?". Jika orang orang tuanya mengatakan, "karena kamu masih kecil?". Anak itu mungkin akan bertanya lagi, "kenapa anak kecil tidak boleh tapi orang dewasa boleh?". "pokoknya tidak boleh?" jawab ibunya. "tapi kenapa tidak boleh?" tanya anak itu. "Jangan tanya lagi, titik!" kata ibunya. Jawaban ibunya, walaupun ia bermaksud baik, sebenarnya telah mematikan kecenderungan filosofis dalam diri anaknya.

Yang terjadi selanjutnya adalah proses pembiasaan yang terjadi terus-menerus. Keinginan untuk mencari kebenaran telah hilang. Anak diajari untuk menerima segala sesuatu tanpa mempertanyakan alasannya. Ibunya atau orang-orang di sekelilingnya telah menghilangkan sikap filsuf sang anak. Mulai saat itu, hidup bagi sang anak adalah tanda seru, bukan lagi tanda tanya.

Sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!

Jumat, 29 April 2016

Katanya Mengamalkan Al-Qur'an, Mana?

Surah al-Ghasyiyah

Akhir-akhir ini banyak sekali imam yang gemar membaca surah Al-Ghasiyah sampai-sampai saya hampir menghafalnya gara-gara selalu mendengarnya. Hari ini saya kembali mendengar surah itu dibaca di mesjid. Imam yang membaca surah tersebut adalah golongan yang mengaku mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah. Yang aneh, saya belum pernah melihat mereka mengamalkan (mungkin mereka melakukannya sembunyai-sembunyi) Al-Ghasiyah 88: 17-20 yang mereka baca :
"Maka tidaklah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit (segala sesuatu di luar bumi), bagaimana ia ditinggikan (dijauhkan dari bumi)? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan (jika kita berjalan ke satu arah terus menerus maka kita kembali ke tempat semula)?"
Tanyailah mereka makna ayat-ayat sains dalam Al-Qur'an, niscaya mereka akan menjawab dengan menggunakan persepsi orang-orang terdahulu mengenai alam semesta. Tanyailah mereka tentang waktu yang dibahas oleh Al-Qur'an, niscaya jawaban mereka akan bersesuaian dengan konsep Newton.

Tanyailah mereka tentang ayat-ayat yang memerintahkan untuk berpikir. Kamu akan mendapati mereka mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut merupakan perintah untuk memikirkan ayat-ayat Al-Qur'an semata.

Tanyailah mereka tentang makna dari ulama maka mereka akan mengatakan bahwa yang dimaksud ulama adalah mereka yang memiliki ilmu tentang kitab suci, hadits dan fiqih. Tanyailah mereka tentang makna "segala sesuatu diciptakan bepasang-pasangan", niscaya mereka akan mengatakan bahwa "atas" berpasangan dengan "bawah", "tingi" berpasangan dengan "rendah", "bumi" berpasangan dengan "langit" dan "laki-laki" berpasangan dengan "perempuan".

Jikalau mereka menjawab seperti itu maka katakanlah, "apa pasangan dari materi?"

Jika pertanyaan ini diutarakan kepada kaum sufi berfaham wahdatul wujud maka mereka akan mengatakan bahwa pasangan dari materi adalah Tuhan. Namun, jika pertanyaan ini ditanyakan kepada kaum ortodox maka mereka akan kebingungan karena tidak mungkin mereka berani menyejajarkan materi yang diciptakan dengan Tuhan yang menciptakan.

(Catatan di hari Jumat yang penuh berkah)

Minggu, 24 April 2016

Tensor Metrik dalam Koordinat Polar


Koordinat polar ($r,\theta$), memiliki dua vektor satuan, $\hat{r}$ dan $\hat{\theta}$, dimana arah kedua vektor satuan tersebut saling tegak lurus, dalam bahasa matematika dapat dituliskan sebagai

$$\hat{r} \cdot \hat{\theta}=0.$$

Hubungan antara koordinat Kartesian dua dimensi dan koordinat polar diberikan oleh

\begin{align}
x(r,\theta) &= r \cos \theta \nonumber \\
y(r, \theta) &= r \sin \theta \label{kart-pol}
\end{align}

untuk kemudahan dalam pengoperasian, maka dimisalkan $r = x_1$ and $\theta = x_2$, maka pers. ($\ref{kart-pol}$) berubah menjadi

\begin{align}
x(x_1,x_2) &= x_1 \cos x_2 \nonumber \\
y(x_1, x_2)&= x_1 \sin x_2 . \label{kart-pol2}
\end{align}

Diferensial total per. ($\ref{kart-pol2}$) diberikan oleh

\begin{align}
dx &= \cfrac{\partial x}{\partial x_1} dx_1 + \cfrac{\partial x}{\partial x_2} dx_2 \nonumber \\
dy &= \cfrac{\partial y}{\partial x_1} dx_1 + \cfrac{\partial y}{\partial x_2} dx_2 \label{dxdy}
\end{align}

Jarak antara dua titik dalam koordinat Kartesian dua dimensi diberikan oleh teorema Phytagoras

\begin{align}
ds^2 = dx^2 + dy^2 \label{ds}
\end{align}

Subtitusikan pers. ($\ref{dxdy}$) ke pers. ($\ref{ds}$) maka diperoleh

\begin{align}
ds^2 &= \begin{bmatrix}
\cfrac{\partial x}{\partial x_1} dx_1 + \cfrac{\partial x}{\partial x_2} dx_2
\end{bmatrix}^2 + \begin{bmatrix}
\cfrac{\partial y}{\partial x_1} dx_1 + \cfrac{\partial y}{\partial x_2} dx_2
\end{bmatrix}^2 \nonumber \\
ds^2 &= \sum_{i,j=1}^{2} \begin{bmatrix}
\cfrac{\partial x}{\partial x_i} \cfrac{\partial x}{\partial x_j} + \cfrac{\partial y}{\partial x_i} \cfrac{\partial y}{\partial x_j}
\end{bmatrix} dx_i dx_j \label{ds-jabar}
\end{align}

dimana

\begin{align}
\text{g}_{ij} = \cfrac{\partial x}{\partial x_i} \cfrac{\partial x}{\partial x_j} + \cfrac{\partial y}{\partial x_i} \cfrac{\partial y}{\partial x_j} \label{gij}
\end{align}

$\text{g}_{ij}$ disebut sebagai tensor metrik. Komponen-komponen tensor dapat ditampilkan sebagai matriks. Fungsi metrik $\text{g}_{ij}$ dapat dianggap sebagai elemen matriks $2 \times 2$.

\begin{align}
\text{g}_{ij} &= \begin{pmatrix}
\text{g}_{11} & \text{g}_{12} \\
\text{g}_{21} & \text{g}_{22}
\end{pmatrix} \nonumber \\
&= \begin{pmatrix}
1 & 0 \\
0 & (x_1)^2
\end{pmatrix} \nonumber \\
\text{g}_{ij} &= \begin{pmatrix}
1 & 0 \\
0 & r^2
\end{pmatrix} \label{gij-matriks}
\end{align}

Dari pers. ($\ref{ds-jabar}$) dan ($\ref{gij-matriks}$) diperoleh jarak antara dua titik dalam koordinat polar

\begin{align}
ds^2 &= \sum_{ij=1}^{2} \text{g}_{ij} dx_i dx_j = \text{g}_{11} dx_1 dx_1 + \text{g}_{12} dx_1 dx_2 \nonumber \\
& \text{ } + \text{g}_{21} dx_2 dx_1 + \text{g}_{22} dx_2 dx_2 \nonumber \\
&= (1) dx_1^2 + (0) dx_1 dx_2 + (0) dx_2 dx_1 + (x_1^2) dx_2^2 \nonumber \\
&= dx_1^2 + x_1^2 dx_2^2 \nonumber \\
ds^2 &= dr^2 + r^2 d\theta^2
\end{align}

Untuk lebih jelasnya, versi pdf dapat diunduh dengan mengklik tautan di bawah ini:
Metric Tensor in Polar Coordinates.pdf
Mohon dimaklumi kalau bahasa Inggris-nya amburadul, masih pemula. Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!

Sabtu, 23 April 2016

Penulisan Proposal dan Skripsi Unhas Menggunakan Latex


Postingan kali ini membahas penulisan Proposal dan Skripsi Unhas menggunakan Latex. Para mahasiswa di Unhas khususnya di Jurusan Fisika seringkali kesulitan dalam menulis proposal atau skripsi menggunakan Latex. Hal ini dikarenakan format standar Latex yang tidak sesuai dengan format penulisan di Unhas yang telah diwarisi turun temurun.

Bagi teman-teman di Unhas yang ingin menulis proposal atau skripsi menggunakan Latex namun terkendala oleh format standar Latex, saya telah membuat template yang disesuaikan dengan format penulisan yang biasa digunakan di Unhas. Template ini masih dalam proses penyempurnaan, namun sudah ada mahasiswa Fisika yang menggunakannya.

Silakan klik tautan di bawah ini untuk mengunduh template-nya:
Skripsi Unhas Menggunakan LaTeX
Semoga bermanfaat!

Selasa, 12 April 2016

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Dalam GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan), ada 3 persamaan yang harus selalu diingat yaitu:

\begin{align}
v_t &=v_0+a\Delta t \label{kecepatan} \\
s &=v_0t+\frac{1}{2}at^2 \label{perpindahan} \\
v_{t}^{2} &=v_{0}^{2}+2as \label{kecepatan2}
\end{align}

dimana:

            $v_t$ = kecepatan pada saat $t$ ($m/s$)
            $v_0$ = kecepatan awal ($m/s$)
            $a$ = percepatan ($m/s^2$)
            $t$ = waktu ($s$)
            $s$ = perpindahan ($m$)

Kita tidak diakui telah lulus dari Fisika Dasar jika tidak mengingat ketiga persaman di atas.
Pertanyaan:
Mengapa persamaan ($\ref{kecepatan}$), ($\ref{perpindahan}$), dan ($\ref{kecepatan2}$) memiliki bentuk seperti itu?
Ketiga persamaan di atas tentu saja tidak diperoleh dari mimpi atau dari bisikan-bisikan gaib. Jika anda belum tahu mengapa ketiga persamaan di atas memiliki bentuk seperti itu, ikutilah uraian selanjutnya.

Hal pertama yang perlu dipahami dalam GLBB adalah bahwasanya percepatan tidak sama dengan nol ($a \neq 0$) dan konstan. Artinya, benda mengalami perubahan kecepatan secara beraturan dimana percepatan yang dialami benda adalah:

\begin{align}
a = \frac{dv}{dt} \label{percepatan}
\end{align}

Dari persamaan ($\ref{percepatan}$) diperoleh:

\begin{align}
dv = a dt \label{dv}
\end{align}

atau:

\begin{align}
\int_{v_0}^{v}dv = \int_{t_0}^{t}a dt \label{int-dv}
\end{align}

$a$ dapat kita keluarkan karena $a$ konstan (tidak mengalami perubahan terhadap waktu/tidak mengandung unsur waktu), maka persamaan ($\ref{int-dv}$) berubah menjadi:

\begin{align}
\int_{v_0}^{v}dv &= a \int_{t_0}^{t} dt \nonumber \\
v-v_0 &= a (t-t_0) \nonumber \\
v-v_0 &= a \Delta t
\end{align}

Jika diasumsikan bahwa kecepatan awal $v_0 = 0$ maka kita langsung memperoleh persamaan ($\ref{kecepatan}$) dalam GLBB yaitu:

\begin{align}
v = v_0 + a \Delta t \nonumber
\end{align}

Kita ketahui bahwa rumus kecepatan dalam GLB (Gerak Lurus Beraturan) adalah $v = \frac{dr}{dt}$, kita dapat peroleh:

\begin{align}
dr =v dt \label{dr}
\end{align}

Jika persamaan ($\ref{kecepatan}$) disubtitusikan ke persamaan ($\ref{dr}$) maka diperoleh:

\begin{align}
dr &= ( v_0 + at ) \text{ } dt \nonumber \\
\int_{s_0}^{s}dr &= \int_{t_0}^{t}( v_0 + at ) \text{ } dt \nonumber \\
s-s_0 &= v_0 t + \frac{1}{2} at^2 \nonumber \\
s-0 &= v_0 t + \frac{1}{2} at^2
\end{align}

Sekarang, kita peroleh persamaan ($\ref{perpindahan}$), yaitu:

\begin{align*}
s = v_0 t + \frac{1}{2} at^2
\end{align*}

Jika persamaan ($\ref{kecepatan}$) disubtitusikan ke persamaan ($\ref{perpindahan}$) maka:

\begin{align}
v &= v_0 + a \Delta t \nonumber \\
t &= \frac{v-v_0}{a} \nonumber \\
s &= v_0 (\frac{v-v_0}{a}) + \frac{1}{2}a (\frac{v-v_0}{a})^2 \nonumber \\
s &= \frac{v_0v - v_0^2}{a} + \frac{v^2 - 2v_0v + v_0^2}{2a} \nonumber \\
s &= \frac{-2v_0^2 + v^2 + v_0^2}{2a} \nonumber \\
v^2 -2v_0^2 + v_0^2 &= 2as \nonumber \\
v^2 &= 2v_0^2 - v_0^2 + 2as \label{vkuadrat}
\end{align}

Dari persamaan ($\ref{vkuadrat}$) kita peroleh persamaan ($\ref{kecepatan2}$):

\begin{align}
v_t^2 = v_0^2 + 2as
\end{align}

Tetaplah bersemangat belajar Fisika. Download Versi PDF dengan mengklik tautan di bawah ini:
Gerak Lurus Berubah Beraturan.pdf 
Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!

Sabtu, 12 Maret 2016

Kesopanan Dalam Bahasa Bugis


Kesopanan merupakan salah satu aspek yang penting dalam berkomunikasi. Setiap bahasa memiliki cara tersendiri untuk merefleksikan kesopanan tersebut. Terkadang ada orang Indonesia yang menganggap Bahasa Inggris sebagai bahasa orang-orang yang tidak memiliki kesopanan karena selalu menggunakan kata ganti "you" untuk orang kedua tanpa memperdulikan dengan siapa kita berbicara. Jika dilihat dari sudut pandang Bahasa Indonesia memang terlihat seperti itu. Namun jika kita melihat dari sudut pandang bahasa-bahasa lain di dunia maka hal itu bukanlah sebuah masalah. Bukankah bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kompleks selalu menggunakan kata "anta" sebagai kata ganti orang kedua walaupun kata digunakan ketika berkomunikasi dengan Tuhan (berdoa). Walaupun saat ini saya sering bertemu dengan "ikhwan" yang mengganti "anta" dengan "antum" dengan alasan kesopanan.

Bahasa Bugis merupakan salah satu bahasa yang sangat menjunjung tinggi kesopanan. Aspek kesopanan dalam Bahasa Bugis dapat dilihat dari penggunakaan kata ganti orang kedua tunggal. Bahasa Bugis menggunakan kata ganti orang pertama jamak (idi' = kita) untuk menggantikan kata ganti orang kedua tunggal (iko = kamu) ketika:
  1. Berbicara kepada orang yang dihormati (misal orang tua) atau orang yang dituakan.
  2. Berbicara kepada orang yang belum akrab dengan pembicara. Kecuali orang yang diajak berbicara adalah anak kecil.
  3. Berbicara kepada orang yang memiliki status sosial yang tinggi baik dalam hal jabatan atau keadaan ekonomi
Penggunaan kata "idi" dalam berbicara terkadang membingunkan bagi orang yang belum memahami filosofi Bahasa Bugis karena kata ini secara kebahasaan memiliki arti "kita". Namun sering digunakan untuk orang kedua tunggal sehingga artinya berubah menjadi "anda". Apakah kata "idi" berarti "kita" atau "anda", harus dilihat konteks pembicaraan dan/atau struktur kalimat.

Misalkan ada seseorang yang berkata:
Idi' urennuang
Kata "idi" dalam kalimat di atas memiliki arti "Engkau" sehingga kalimat di atas memiliki arti:
Engkaulah yang saya harapkan
Alasannya adalah terdapatnya awalan u- pada kata kedua. Awalan "u" pada kata dua (urennung) bermakna "saya". Ketika kita mengartikan kata "idi" menjadi "kita" pada kalimat di atas maka terjemahannya akan menjadi:
Kitalah yang saya harapkan
Susunan kata seperti di atas tidak lazim dalam Bahasa Bugis. 

Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana susunan katanya dalam Bahasa Bugis ketika kita hendak mengucapkan `kitalah yang diharapkan'?

Kalimatnya akan berbentuk seperti di bawah:
Idi narennuang towe
Penggunaan awalan na- pada kata kedua dan enambahan kata "towe" (arti: orang-orang) berfungsi untuk menegaskan bahwa kata "idi" bermakna "kita". Ketika awalan na- diganti dengan awalan di- dan tambahahan kata "towe" dihilangkan maka kalimatnya akan menjadi:
Idi dirennuang
Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan memiliki arti:
Engkaulah yang kami harapkan
Kalimat seperti ini sering ditujukan kepada orang yang memiliki status sosial yang tinggi.

Tulisan ini didasarkan pada pengalaman saya selama puluhan tahun hidup dalam lingkungan dan tradisi Bugis di Watampone Bumi Arung Palakka. Demikian, mohon dikoreksi jika ada yang salah dengan analisis saya.

Jika anda berminat mempelajari bahasa Bugis dengan cara mendengarkan langsung pengucapannya dari penutur aslinya disertai artinya, silakan kunjungi channel Gantolle Cella di Youtube, atau anda bisa langsung menonton beberapa videonya berikut ini.

⇛ 40 Pertanyaan yang Umum Digunakan dalam Bahasa Bahasa Bugis:


⇛ 25 Nama Binatang dan Artinya:


Demikian, semoga bermanfaat!

Di-update pada hari Selasa, 19 Maret 2019, 05:16.

About Imajinasi Kontemporer


Ada 3 hal yang menjadi tujuan saya membuat blog ini, yaitu:
  1. Mendokumentasikan pemikiran,
  2. Membagikan pemikiran dan pengalaman,
  3. Belajar bertanggung-jawab.
Pertama, mendokumentasikan pemikiran. Saya teringat dengan hari-hari yang kujalani sepanjang tahun 2011. Saat itu, saya begitu aktif mendalami filsafat. Terkadang ada pemikiran-pemikiran baru yang muncul saat disikusi, debat, membaca buku, atau di saat-saat sebelum tidur. Pemikiran-pemikiran tersebut hanya sedikit sekali yang saya tulis. 

Tahun 2012, saya beralih dari kajian filsafat ke kajian ilmu-ilmu fiqih dan hadits. Tahun 2013, saya baru sadar bahwa banyak pemikiran-pemikiran filsafatku yang terlupa. 

Pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh otak kita tidak dapat bertahan lama dalam ingatan. Tidak seperti pengalaman seru atau pengalaman yang menguras emosi yang dapat bertahan bertahun-tahun dalam ingatan, bahkan sampai di hari tua.

Kalau saya hanya ingin mendokumentasikan pemikiran, kenapa saya mesti mendokumentasikannya dalam sebuah blog? Hal ini ada kaitannya dengan tujuan yang kedua.

Kedua, membagikan pemikiran dan pengalaman. Perjalanan hidup mengajarkanku bahwa tidak semua pemikiran dan pengalaman pribadi kita akan dianggap "sampah" oleh orang lain. Terkadang, terdapat pemikiran dan pengalaman pribadi yang sangat dibutuhkan oleh orang lain walau kita sendiri terkadang tidak menyadari hal itu.

Contoh kecilnya, kita berhasil menyelesaikan sebuah soal matematika sederhana. Mungkin bagi kita soal itu tampak sederhana dan memalukan untuk dibagikan di blog. Itu pemikiran kita, siapa yang tahu kalau ada orang lain di luar sana yang kesulitan mengerjakan soal yang sama dengan yang telah kita kerjakan? Mungkin ada siswa SD atau SMP---misalnya---yang kesulitan mengerjakan soal matematika yang kita anggap sederhana itu dan dia sangat terbantu ketika membaca artikel kita yang membahas hal itu.

Dengan sesuatu yang kita anggap sederhana saja, kita masih bisa membantu orang lain. Bagi saya, satu-satunya yang bisa membuat saya merasa berguna hidup di bumi adalah ketika saya memiliki sesuatu yang bisa membuat orang lain terbantu.

Yang saya maksud dengan membantu orang di sini adalah "membantu" dengan cara yang baik. Bukankah kehadiran Fir'aun sangat membantu Musa AS dan kaumnya. Dengan kehadiran Fir'aun, Musa AS dan kaumnya diuji. Bayangkan jika Fir'aun tidak ada, ujian yang dialami Musa AS dan kaumnya mungkin tidak terlihat "wow" bagi kita. Mungkin juga tidak terlihat "wow" bagi Tuhan. Tentunya, kita tidak ingin membantu orang lain sebagaimana Fir'aun telah membantu Musa AS dan kaumnya masuk surga kan?

Percaya atau tidak, saya bukan orang yang suka memamerkan foto di mana pun termasuk di blog. Terus, kenapa foto saya terpampan di blog ini?

Jawabanya, supaya polisi dapat dengan mudah menemukan saya ketika terdapat artikel saya yang berisi hal-hal yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya joke yang tidak lucu, sebenarnya bukan itu alasannya.

Salah satu dosen yang pernah saya temui, sangat keras dalam melarang mahasiswanya menjadikan artikel-artikel dalam blog sebagai referensi dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah. Kata beliau, banyak penulis-penulis di blog yang tidak dapat mempertanggung-jawabkan tulisannya. Si blogger bersembunyi di balik layar lalu "melemparkan" informasi-informasi kepada khalayak ramai. Jika pembaca mengalami "bencana" akibat informasi yang ia bagikan, si blogger tidak dapat dimintai pertanggung-jawaban karena dari tadi berada di belakang layar dan tidak dikenali. Ini bukan pernyataan saya ya! Ini pernyataan si dosen itu.

Saya khawatir, ada salah satu mahasiswa si dosen yang malas membaca artikel saya hanya karena teringat perkataan si dosen. Supaya hal ini tidak sampai terjadi maka saya pasang foto sebagai bentuk pernyataan simbolik bahwa apa yang saya tulis dalam blog ini dapat dipertanggung-jawabkan. Saya bukan makhluk astral. Saya makhluk real yang bisa didapati berjalan-jalan dengan kaki yang tetap menginjak bumi.

Terakhir, saya ingin membahas mengenai logo blog ini. Logonya dapat dilihat di bagian atas artikel ini---bagi anda yang tidak sempat memperhatikan logonya tadi.

Ada beberapa orang berimajinasi tinggi yang menganggap bahwa logo Imajinasi Kontemporer mengandung simbol satanisme. Mungkin yang dia maksud adalah bentuk di bagian tengah lingkaran putih yang mirip mata satu. Mata yang buta sebelah kiri, mirip mata Dajjal. Terus, di bagian atas terdapat satu tanda titik besar. Sekilas mungkin terlihat seperti mata yang berada di kening atau dahi. Sekali lagi, terlihat mirip dengan Dajjal.

Terus, apakah admin Imajinasi Kontemporer merupakan salah satu pengikut Dajjal? Astagfirullah, tentu saja tidak seperti itu. Itu semua hanyalah kebetulan belaka.

Simbol hitam yang berada di tengah lingkaran putih sebenarnya adalah huruf A dalam aksara Lontara. Aksara Lontara adalah salah satu jenis aksara yang pernah digunakan secara resmi di Sulawesi Selatan tempo dulu.

Kenapa saya menggunakan aksara Lontara? Setidaknya ada 3 alasan, yaitu:
  1. Saya adalah generasi muda suku Bugis yang merasa berkewajiban melestarikan warisan leluhur,
  2. Aksara Lontara merupakan aksara yang digunakan untuk menulis Sure' I Lagaligo, sebuah epik terpanjang di dunia. Saya menggunakan huruf Lontara sebagai bentuk penghargaan kepada penulis Sure' I La Galigo atas keberhasilannya menulis karya sastra yang sangat fenomenal dan berkualitas,
  3. Saya seringkali menulis teks menggunakan aksara Lontara sehingga kebiasaan ini terbawa ke blog.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa saya menggunakan huruf A yang bentuknya mirip alis plus mata satu. Alasannya, huruf A dalam aksara Lontara akan dibaca I jika ditambahkan diakritik berupa tanda titik di bagian atas huruf. Huruf I adalah huruf pertama dalam nama Imajinasi Kontemporer, Ishaq Asri, dan I La Galigo.

Saya kira cukup sampai di sini. Semoga artikel-artikel dalam blog ini dapat memberi manfaat bagi anda!

Kamis, 10 Maret 2016

Mengubah Warna Huruf Terminal Fedora


Pernahkah anda merasa bosan dengan tampilan terminal dimana teks-teks yang ada di situ tanpa warna (baca : putih semua). Jika tidak, berarti tulisan ini tidak cocok untuk anda, hehe. Jika ya, mari kita lanjut membaca.

Di home, terdapat file yang bernama .bashrc.  Pengaturan warna terminal dapat dilakukan dengan menambahkan script pada file tersebut. Khusus untuk pemula Linux (maaf ya kalau terdengar kasar), tanda titik di depan nama file .bashrc menandakan bahwa file tersebut tersembunyi (hidden). Untuk menampilkannya maka gunakan perintah berikut di terminal:


ls -a


Jika anda ingin melihatnya di file manager, klik menu View lalu pilih show hidden file atau gunakan shorcut CTRL + H.

Jika anda berniat mengubah file .bashrc, ada baiknya jika anda mem-backup isi file tersebut terlebih dahulu supaya bisa dikembalikan ke kondisi awal jika terjadi masalah yang tidak diinginkan nantinya. Jika sudah, silakan buka terminal kemudian buka file .bashrc dengan cara:


gedit .bashrc


Kemudian tambahkan perintah berikut di bagian akhir:

export PS1="\e[1;33m[\u\[\033[1;32m\]@\[\033[1;33m\]\h \[\033[1;37m\]\W\[\033[1;33m\]]\[\033[1;31m\]\$ \e[m"

Simpan perubahan lalu buka ulang terminal untuk melihat hasilnya.

Jika hanya mengubah file .bashrc yang yang di home maka tampilan terminal dalam mode root akan sedikit bermasalah (jika anda mempermasalahkannya). Jika kita masuk ke mode root maka simbol user biasa yang berupa dollar (\$) tidak berubah menjadi simbol root yang berupa tanda pagar (#).

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena file .bashrc untuk root belum diedit. File .bashrc untuk root berada dalam direktori /root. Jika anda tidak mengubah file .bashrc yang berada di root maka simbol root akan ikut berubah menjadi $. Untuk mengatasi hal ini, buka file .bashrc di root dengan cara:


su 
cd /root 
gedit .bashrc


Lalu tambahkan perintah berikut di bagian akhir:

export PS1="\e[1;33m[\u\[\033[1;32m\]@\[\033[1;33m\]\h \[\033[1;37m\]\W\[\033[1;33m\]]\[\033[1;31m\]# \e[m"

Simpan perubahan. Keluar dari mode superuser lalu masuk kembali ke mode superuser untuk melihat hasilnya. Jika ada penjelasan yang terluput, silakan bertanya di kolom komentar.

Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!

Selasa, 08 Maret 2016

Mengubah Warna Huruf Terminal Ubuntu

Tampilan Terminal Ubuntu

Seorang teman saya pernah mempermasalahkan tampilan huruf-huruf di terminalnya yang katanya membosankan. Tulisan-tulisan yang ada di situ tidak berwarna (hanya istilah, maksudnya berwarna putih) dan membosankan. Setelah saya membantu menyelesaikan masalahnya, tiba-tiba saya berpikir untuk membahas masalah ini di blog. Mungkin saja ada di antara teman-teman yang mengalami hal yang sama.

Baiklah, kita mulai. Silakan buka terminal kesayangan anda dengan menekan tombol CTRL + ALT + T kemudian jalankan perintah di bawah ini:


ls -a


Anda akan melihat sebuah file yang bernama .bashrc. Buka file tersebut dengan menjalankan perintah di bawah ini:


gedit .bashrc


Jika anda tidak suka menggunakan editor gedit, anda bisa menggantinya dengan editor favorit anda. Jenis editor yang digunakan tidak mempengaruhi hasil akhir selama anda mahir menggunakannya. Di sini, saya menggunakan gedit karena lebih ramah terhadap pemula.

Jika editor gedit telah terbuka, ada baiknya jika anda mengaktifkan nomor barisnya (line number) untuk mempermudah pencarian (kita akan mencari sesuatu). Caranya, klik menu Edit, pilih Preferences, lalu ceklis Display line number dalam tab View.

Hilangkan tanda pagar (#) yang ada di awal baris ke-46 sehingga tampak seperti berikut:

force_color_prompt=yes 

Setelah selesai, perhatikan baris ke-60. Editlah baris tersebut sehingga tampak seperti di bawah ini:

PS1='${debian_chroot:+($debian_chroot)}\[\033[01;33m\]\u\[\033[01;31m\]@\[\033[01;33m\]\h\[\033[01;36m\]:\[\033[01;34m\]\w\[\033[00m\]\$ '

Simpan perubahan lalu keluar terminal kemudian masuk kembali, lihat apa yang terjadi. Gampang kan, teman-teman? Semoga berhasil!

Demikian postingan kali ini. Jika ada yang terluput, silakan bertanya di kolom komentar.

Mengenal Filsafat


Filsafat adalah pandangan secara universal (berlaku secara umum tanpa batas waktu), fundamental (mendasar), radikal (meneliti sampai ke akar persoalan), logis (masuk akal), etis (baik), dan estetis (indah) terhadap segala sesuatu. Segala sesuatu dapat dibagi menjadi tiga hal yaitu sesuatu yang ada, sesuatu yang mungkin ada dan sesuatu yang tidak ada. Sesuatu yang ada adalah sesuatu yang dapat ditangkap keberadaannya oleh indra dan atau perasaan dan atau akal sehat (akal sehat merupakan akal yang bekerja dengan konsep berpikir yang tidak rancu). Sesuatu yang mungkin ada adalah sesuatu yang keberadaannya belum dapat diamati tetapi ada kemungkinan dapat diamati karena keberadaannya tidak bertentangan dengan akal sehat. Sesuatu yang tidak ada adalah sesuatu yang keberadaannya belum dapat diamati dan kemungkinan keberadannya dibantah oleh akal sehat.

Banyak orang yang beranggapan bahwa filsafat mendewakan akal, hal ini tidaklah sepenuhnya benar. Kata "filsafat" dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “falasifah" dalam bahasa Arab. Kata "falasifah" dalam bahasa Arab berasal dari kata “philosophy" dalam bahasa Yunani (Greek). Sedangkan kata "philosophy" dalam bahasa Yunani merupakan turunan dari dua kata yaitu "philein" yang berarti cinta atau suka dan "sophia" yang berarti kebijaksaan. Dari sini terlihat bahwa fisafat berarti cinta akan kebijaksanaan, bukan cinta akan kebenaran. Lalu apakah yang dimaksud dengan "kebijaksanaan"?

Di dalam diri manusia terdapat tiga potensi batiniah yaitu logika (akal), etika (budi pekerti) dan estetika (seni). Logika menghasilkan kebenaran, etika menghasikan kebaikan dan estetika menghasilkan keindahan. Sesuatu dapat dikatakan bijak jika dan hanya jika sesuatu itu dibangun di atas pondasi kebenaran, mengandung kebaikan dan disampaikan dengan penuh keindahan. Jadi yang diperlukan dalam kebijaksanaan bukan hanya kebenaran semata, kebaikan semata atau keindahan semata. Tidak semua yang benar adalah baik dan tidak semua yang baik adalah benar serta yang baik dan benar tidak selalu dapat diterima ketika disampaikan dengan cara yang salah dan pada waktu yang salah. Kebijaksanaan adalah kelogisan, keetisan dan keestetisan terhadap sesuatu. Jadi filsafat merupakan penggunaan ketiga potensi batiniah manusia.

Sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat!